Anak autis adalah Pengumpul Data

Diposting oleh gadiesz on 14.48

Inteligensia anak-anak kelompok autisme sebetulnya cukup beragam, mulai dari yang mental retarded hingga yang mempunyai inteligensia tinggi. Namun yang menarik disini adalah sekalipun anak itu merupakan anak autisme dengan IQ yang tidak tinggi sekalipun, ada yang mampu mengumpulkan informasi atau data sangat luar biasa. Misalnya ia mampu menyebutkan nama-nama burung hingga ratusan. Ia mampu membedakan dan menyebutkan setiap nama burung itu. Namun tidak lebih dari itu saja.

Pada anak autisme yang mempunyai inteligensia tinggi, biasa disebut sebagai Asperger. Kelompok ini adalah kelompok autisme yang mempunyai perkembangan fungsi yang tinggi yang kemudian disebut High Function. Nama Asperger sendiri diambil dari nama seorang dokter anak Hans Asperger dari Austria, adalah yang pertama kali mengemukakan kasus autisme ini. Kelompok ini memang mempunyai gangguan berbahasa, tetapi tidak mengalami gangguan perkembangan bicara. Perkembangan bicaranya sesuai dengan jadwal, atau dengan kata lain tidak mengalami keterlambatan bicara. Sekalipun tidak terlambat bicara, berbahasanya sangat kaku.

Anak-anak Asperger ini saat kecilnya sering disangka anak berbakat (gifted children), namun ternyata apa yang dikuasai lebih menjurus pada kemampuan meregistrasi atau pengumpul data, sehingga tidak bisa dikelompokkan sebagai anak berbakat. Kelompok Asperger ini seringkali justru sangat terlambat terdeteksi, karena selain ia mempunyai inteligensia yang baik, juga tidak mengalami keterlambatan bicara. Inteligensianya sering menutupi kekurangannya. Buitelaar mengakui cukup sulit membedakan anak-anak berbakat (gifted children) yang mempunyai inteligensia sangat tinggi namun mengalami gangguan bersosialisasi sebagaimana halnya dengan kelompok Asperger.

Gangguan bersosialisasi pada anak-anak berbakat (gifted children) menurut Buitelaar lagi, lebih banyak disebabkan karena bahasa yang dikuasai anak-anak berbakat sangat berbeda dengan anak-anak lainnya, atau teman sepermainannya. Seringkali anak-anak normal, teman sepermainannya tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh anak-anak berbakat (gifted) ini. Sekalipun antara anak berbakat (gifted children) dan kelompok Asperger mempunyai kesamaan berkemampuan mengumpulkan pengetahuan yang luar biasa, namun tetap Asperger sebagai kelompok autisme, adalah individu yang mengalami kegagalan dalam melihat konteks dan hubungan antar data dalam pengetahuan tersebut.

Ia memberikan contoh, andaikan ada dua anak yang satu adalah Asperger dan yang satu adalah anak berbakat (gifted child), mereka mempunyai minatan yang sama pada misalnya berbagai macam dinosaurus. Anak autisme hanya akan mengumpulkan data tentang berbagai macam dinosaurus, tentang kehidupannya, namun tak mampu menganalisa hubungan dinosaurus dengan kehidupan ini di mana justru kemampuan ini dimiliki oleh anak-anak berbakat (gifted child).

Anak autisme juga hanya mempunyai bidang minatan yang sangat sempit, berbeda dengan anak-anak normal, ataupun anak-anak berbakat (gifted) di mana bisa mempunyai bidang minatan yang luas. Buitelaar mencotohkan pada pasiennya yang setiap datang hanya menceritakan tentang mesin cucinya.

Perkembangan fantasi dan imajinasi anak-anak autisme juga sangat kurang. Sehingga andaikan anak ini diajak bermain fantasi ia tidak
akan bisa. Ia hanya mampu melakukan suatu kegiatan yang tidak menggunakan fantasi dan imajinasinya. Andaikan ia memperhatikan satu benda, misalnya sebuah mobil-mobilan ia hanya akan memperhatikan satu bagian saja, dan tak bisa memainkan mobilan itu sebagaimana anak- anak lainnya.

Dalam kesempatan seminar kali ini juga dipamerkan puluhan lukisan hasil karya Osi, seorang penyandang autisme berusia 18 tahun, putra dari pasangan Ir Buggi Rustamadji, MSc yang juga direktur sekolah lanjutan atas Fredofios, dan Ibu Soedarjati MA. Osi mampu menggambar dengan sangat baik, dengan warna-warna yang memikat, dan sangat realis. Temanya adalah apa yang dilihat dan dialaminya sehari-hari. Misalnya keramaian di kota, tempat menjemur baju, di restorant, saudara-saudaranya, ayah dan ibunya.

Teman Osi, Opik, adalah sesama penyandang autisme juga memamerkan karya-karya, tak kalah dengan karya Osi yang puluhan banyaknya. Namun yang menarik dari kedua pelukis penyandang autisme ini adalah, karya lukisannya bagai sebuah suatu laporan pandangan mata yang detil, sangat perfek, dan tanpa dibumbui oleh suatu unsur imajinasi. Di sinilah kekhususan dari perkembangan kognitif penyandang autisme. Sekalipun di dalam gambar- gambarnya itu juga berdiri gambar manusia, namun manusia-manusia yang digambarkan itu adalah detil yang melengkapi apa yang dilaporkan. Bukan sebuah karya imajinasi yang menjelaskan banyak arti. Akan berbeda misalnya dengan karya gambar seorang anak berbakat, di mana karya-karya penuh dengan fantasi dan imajinasi, bahkan seringkali tidak realis sama sekali.
http://lita.inirumahku.com/health/lita/autis-si-pengumpul-data/
(Julia Maria van Tiel, pembina kelompok diskusi orang tua anak berbakat; anakberbakat@yahoogroups.com)

0 komentar:

Posting Komentar