Ponsel Pintar
BlackBerry Tingkatkan Kasus Bunuh Diri
Serbuan email yang datang bak air bah, 24 jam non stop menaikkan tingkat stress karyawan.
Senin, 28 September 2009, 06:40 WIB
Muhammad Firman, Muhammad Chandrataruna
VIVAnews - Gervais Pellissier, Chief Financial Officer France Telecom, operator telekomunikasi terbesari di Perancis menyebutkan, smartphone seperti BlackBerry bertanggungjawab atas meningkatnya jumlah kasus bunuh diri. Serbuan email yang datang bak air bah pada pengguna, mulai dari ponsel dan PC mereka menaikkan tingkat stress karyawan.
"Ketika Anda menjadi karyawan dari perusahaan besar pada 15 tahun lalu, Anda tidak memiliki ponsel ataupun PC di rumah. Saat Anda tiba di kediaman, pekerjaan selesai," kata Pellisier, seperti VIVAnews kutip dari Thenextweb, 28 September 2009. "Saat ini, orang yang bekerja di level apapun, baik Chief Executive Officer sampai karyawan dengan level staf, mereka selalu terhubung ke internet dan email," ucapnya.
Kini karyawan di sejumlah perusahaan diberikan fasilitas BlackBerry untuk memudahkan mereka membaca email, dan tidak mengherankan bila itu juga memudahkan mereka mendapatkan tekanan atau stress. Dengan email dihantarkan langsung pada pengguna selama 24 jam non stop setiap hari dalam seminggu penuh, sering muncul tekanan bahwa mereka harus mengutamakan pesan tersebut, membalas email penting itu setiap hari, baik siang dan malam. Jarang pengguna BlackBerry yang mematikan ponselnya agar supaya terhindar dari email penting.
Yang jadi masalah, France Telecom, operator dengan brand Orange tersebut telah menjadi sorotan. Pasalnya 22 orang karyawan mereka melakukan tindak bunuh diri dan 13 lainnya melakukan percobaan bunuh diri sejak tahun lalu. Di Perancis, perusahaan yang 27 persen sahamnya dimiliki pemerintah tersebut mempekerjakan 100 ribu karyawan.
Meski France Telecom berpendapat bahwa tingkat bunuh diri karyawan perusahaan mereka tidak lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional, yang mencapai 16 kematian per 100 ribu orang di tahun 2006 lalu, tetapi tetap saja ini merupakan kejadian yang luar biasa.
Serikat buruh setempat telah meminta parlemen untuk menyelidiki kasus-kasus kematian ini. Menurutnya, tingkat stress karyawan berhubungan dengan restrukturisasi besar-besaran yang terjadi di perusahaan yang melibatkan pemindahan paksa dan penerapan target keuntungan perusahaan yang baru.
Sumber : VIVAnews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar